Abad pertengahan merupakan abad Iman, dimana sebagian besar masyarakatnya mempunyai orientasi pada gereja/cathedral dikotanya masing-masing. Segala pengabdiannya dicurahkan pada kepentingan gereja. Kondisi masyarakat diluar gereja tidak tertangani, akan tetapi gereja banyak mendirikan badan-badan social untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, misalnya rumah sakit serta rumah-rumah untuk menampung kaum miskin.
Di tiap kota, masyarakat membangun cathedral, serta berlomba untuk saling memegahkan Kathedral kotanya masing-masing, karena dengan demikian kota tersebut beserta isinya akan mendapatkan berkah. Menara-menara kkathedralnya haruslah paling tinggi, hiasannya harus yang paling mewah, ini membuktikan bahwa mereka memiliki rasa berbakti yang lebih besar dari kota tetangganya.
Disamping itu semakin susutnya kekaisaran Romawi menyebabkan Imperium terpecah menjadi negara-negara kecil merdeka. Penyerbu dari luar dengan mudah masuk wilayah Romawi, sehingga rakyat memerlukan tempat untuk berlindung. Sebagai akibatnya banyak bermunculan para pelindung selain gereja, yaitu para tuan tanah. Imbalan atas perlindungan tersebut adalah pengabdian seumur hidup. Denga demikian bermunculan feodalisme dari kata ‘feudum’ yanga artinya tanah pinjaman. Di tiap wilayah kaum feudal dibangun tembok sebagai benteng perlindungan daris serangan penyerbu. Pada akhirnya semua kota dilengkapi dengan benteng yang diberi pintu gerbang, dikelilingi parit untuk pengamanan dan jembatan masuk dapat ditarik keatas.
Perkembangan wilayahnya menunjukkan kemajuan perkembangan kota. Tiap kota mula-mula dikuasai oleh seorang abas, selanjutnya otonomi kota berkembang sehingga kebanyakan kota mempunyai dewan kota yang terdiri dari wakil-wakil niaga.
Kota-kota yang dalam jangka waktu lama berkembang karena gereja, lambat laun berkembang karena niaga/perdagangan, sehingga orientasi dialihkan pada pertukaran nilai uang (ekonomi).
Dewan menarik pajak serta mengawasi segala pembangunan dan mengorganisir penyediaan bahan makanan bagi kota.
Seni, Teknologi dan Arsitektur
Abad pertengahan/abad Iman, menggarap karyanya yang agung tidak ‘demi seni’, seperti yang dilakukan bangsa Yunani, tetapi demi makin besarnya kemuliaan Tuhan mereka.Seni patung digunakan untuk memberi kesan ringan pada gaya Romanika yang serba berat. Dengan tema keagamaan, semua permukaan tidak luput dari hiasan pahat berukir, baik bagian luar maupun pada bagian dalam disepuh keemasan.
Teknologi dan Arsitektur
Dalam suasana demikian, gaya Romanesque (Romanika) berkembang dan mencapai kematangan. Berbagai corak antara lain Toscana, sisilia, Rhein, dsb, akan tetapi semua mempunyai bahan dasar yang sama, yaitu:
Konsep memasukkan cahaya Illahi (untuk menerangi pikiran manusia menjadi terhambat, karena cahaya yang masuk tidak dapat terlampau banyak). Sinar matahari sedikit yang dapat mencapai ruang dalam, sehingga berkesan tidak terang. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada ruang dalam diberi warna-warni yang kemilau dan cerah keemasan, baik pada dinding maupun langit-langit. Kandil-kandil keemasan pun menghiasi ruang dalam, sehingga cahayanya terpantul ke segala arah serta terang.
Karakter Arsitektur
Sekitar tahun 800 Masehi, Karel Agung dari Franka, mendirikan kapel di Aachen (ibukota) bagi dirinya. Gereja tersebut mengambil unsur Romawi dan Bizantium. Bentuk Poligonal diambil dari gaya Bizantium, sedangkan tembok tebal, pelengkung ½ lingkaran besar serta irama gagah menurut gaya Romawi.
Menara simetris adalah unsur yang baru. Kedua menara ini mengapit pintu masuknya sehingga secara keeluruhan merupakan bagian yang utuh dan seimbang. Tujuan akhir adalah memberikan kesan yang tangguh dan mempesona, hal ini sungguh berhasil diciptakan. Bangunan pintu gerbang semacam ini kemudian disebut sebagai ‘bangunan barat’, karena letaknya pada sisi barat sebagai pintu masuk (diakhiri oleh apse disebelah timur).
Karakter arsitektur Romanika sangat kontra dengan prinsip Romawi kuno, meskipun aliran ini menurut pada Romawi. Aliran romanika mulai menggunakan keseimbangan. Keseimbangan dimana kubah sudah tidak terpusat pada satu titik saja.
Sumbangan khas aliran Romanika adalah menaranya yang banyak/ majemuk, dengan penempatan yang seimbang menghiasi gereja. Secara umum, aliran Romanika adalah berkesan megah, dimana bentuknya terjadi karena kumpulan menara. Gereja dibubuhi banyak menara, menara lonceng , menara tangga serta menara pengawas, sehingga arti menara sangat penting. Sejak saat itu gereja mengalami pembaharuan (abad ke 11), dan menurut perkiraan, di Perancis saja pada abad ke 11 dibangun 1587 gereja.
Analisa Perbandingan
Denah:
Basilika Romawi yang menjadi model dasar bagi gereja Kristen lama, dikembangkan oleh aliran Romanika. Tembok tebal, pelengkung bundar besar dengan irama gagah.
Bentuk denah polygon diambil dari gaya Bizantium, dengan ditambah transept dan sanctuary hingga membentuk cross.
Atap:
Atap dengan ketebalan yang sama sehingga bebannya berat, sehingga harus ditopang oleh kolom-kolom yang besar pula.
Bukaan Pintu dan Jendela:
Dengan kolom yang besar dan tebal, maka bukaan pintu dan jendela menjadi kecil, sehingga sinar yang masuk ruang dalam sangat sedikit.
Bangunan Masa Romanika
2. Katedral Achen
3. Cathedral in Pécs, Hungaria
Di tiap kota, masyarakat membangun cathedral, serta berlomba untuk saling memegahkan Kathedral kotanya masing-masing, karena dengan demikian kota tersebut beserta isinya akan mendapatkan berkah. Menara-menara kkathedralnya haruslah paling tinggi, hiasannya harus yang paling mewah, ini membuktikan bahwa mereka memiliki rasa berbakti yang lebih besar dari kota tetangganya.
Disamping itu semakin susutnya kekaisaran Romawi menyebabkan Imperium terpecah menjadi negara-negara kecil merdeka. Penyerbu dari luar dengan mudah masuk wilayah Romawi, sehingga rakyat memerlukan tempat untuk berlindung. Sebagai akibatnya banyak bermunculan para pelindung selain gereja, yaitu para tuan tanah. Imbalan atas perlindungan tersebut adalah pengabdian seumur hidup. Denga demikian bermunculan feodalisme dari kata ‘feudum’ yanga artinya tanah pinjaman. Di tiap wilayah kaum feudal dibangun tembok sebagai benteng perlindungan daris serangan penyerbu. Pada akhirnya semua kota dilengkapi dengan benteng yang diberi pintu gerbang, dikelilingi parit untuk pengamanan dan jembatan masuk dapat ditarik keatas.
Perkembangan wilayahnya menunjukkan kemajuan perkembangan kota. Tiap kota mula-mula dikuasai oleh seorang abas, selanjutnya otonomi kota berkembang sehingga kebanyakan kota mempunyai dewan kota yang terdiri dari wakil-wakil niaga.
Kota-kota yang dalam jangka waktu lama berkembang karena gereja, lambat laun berkembang karena niaga/perdagangan, sehingga orientasi dialihkan pada pertukaran nilai uang (ekonomi).
Dewan menarik pajak serta mengawasi segala pembangunan dan mengorganisir penyediaan bahan makanan bagi kota.
Seni, Teknologi dan Arsitektur
Abad pertengahan/abad Iman, menggarap karyanya yang agung tidak ‘demi seni’, seperti yang dilakukan bangsa Yunani, tetapi demi makin besarnya kemuliaan Tuhan mereka.Seni patung digunakan untuk memberi kesan ringan pada gaya Romanika yang serba berat. Dengan tema keagamaan, semua permukaan tidak luput dari hiasan pahat berukir, baik bagian luar maupun pada bagian dalam disepuh keemasan.
Teknologi dan Arsitektur
Dalam suasana demikian, gaya Romanesque (Romanika) berkembang dan mencapai kematangan. Berbagai corak antara lain Toscana, sisilia, Rhein, dsb, akan tetapi semua mempunyai bahan dasar yang sama, yaitu:
- Batu kecil atau bata, karena untuk menggunakan batu yang lebih besar, para pembangun belum mengetahui tekniknya.
- Teknologi atap kayu (seperti gaya Kristen Lama), sering terbakar, sehingga selanjutnya digunakan batu tebal berbentuk silender untuk atap gereja Romanika. Atap kubah seperti Tong ini sangat berat, untuk itu membutuhkan penyanggah yang sangat kuat, sehingga bagian-bagian kolom yang bertekanan berat harus dipertebal dan diperbesar.
Konsep memasukkan cahaya Illahi (untuk menerangi pikiran manusia menjadi terhambat, karena cahaya yang masuk tidak dapat terlampau banyak). Sinar matahari sedikit yang dapat mencapai ruang dalam, sehingga berkesan tidak terang. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada ruang dalam diberi warna-warni yang kemilau dan cerah keemasan, baik pada dinding maupun langit-langit. Kandil-kandil keemasan pun menghiasi ruang dalam, sehingga cahayanya terpantul ke segala arah serta terang.
Karakter Arsitektur
Sekitar tahun 800 Masehi, Karel Agung dari Franka, mendirikan kapel di Aachen (ibukota) bagi dirinya. Gereja tersebut mengambil unsur Romawi dan Bizantium. Bentuk Poligonal diambil dari gaya Bizantium, sedangkan tembok tebal, pelengkung ½ lingkaran besar serta irama gagah menurut gaya Romawi.
Menara simetris adalah unsur yang baru. Kedua menara ini mengapit pintu masuknya sehingga secara keeluruhan merupakan bagian yang utuh dan seimbang. Tujuan akhir adalah memberikan kesan yang tangguh dan mempesona, hal ini sungguh berhasil diciptakan. Bangunan pintu gerbang semacam ini kemudian disebut sebagai ‘bangunan barat’, karena letaknya pada sisi barat sebagai pintu masuk (diakhiri oleh apse disebelah timur).
Karakter arsitektur Romanika sangat kontra dengan prinsip Romawi kuno, meskipun aliran ini menurut pada Romawi. Aliran romanika mulai menggunakan keseimbangan. Keseimbangan dimana kubah sudah tidak terpusat pada satu titik saja.
Sumbangan khas aliran Romanika adalah menaranya yang banyak/ majemuk, dengan penempatan yang seimbang menghiasi gereja. Secara umum, aliran Romanika adalah berkesan megah, dimana bentuknya terjadi karena kumpulan menara. Gereja dibubuhi banyak menara, menara lonceng , menara tangga serta menara pengawas, sehingga arti menara sangat penting. Sejak saat itu gereja mengalami pembaharuan (abad ke 11), dan menurut perkiraan, di Perancis saja pada abad ke 11 dibangun 1587 gereja.
Analisa Perbandingan
Denah:
Basilika Romawi yang menjadi model dasar bagi gereja Kristen lama, dikembangkan oleh aliran Romanika. Tembok tebal, pelengkung bundar besar dengan irama gagah.
Bentuk denah polygon diambil dari gaya Bizantium, dengan ditambah transept dan sanctuary hingga membentuk cross.
Atap:
Atap dengan ketebalan yang sama sehingga bebannya berat, sehingga harus ditopang oleh kolom-kolom yang besar pula.
Bukaan Pintu dan Jendela:
Dengan kolom yang besar dan tebal, maka bukaan pintu dan jendela menjadi kecil, sehingga sinar yang masuk ruang dalam sangat sedikit.
Bangunan Masa Romanika
- Katedral Pisa, kompleks cathedral Pisa dilengkapi dengan:
- Denah basilika
- Kolom dilengkapi dengan Aisle
- Nave selalu memakai atap kayu
- Transep dengan Apse diujungnya (sebagai akhiran) memakai bentuk segmental.
- Menara lonceng (campanile) mempunyai ketinggian dan diameter serta terdiri dari 8 lantai, sekarang keadaannya miring.
2. Katedral Achen
3. Cathedral in Pécs, Hungaria
3 komentar:
Nice architecture blog & good design. You have beautifully maintained, you must try this website which really helps to increase your traffic. hope u have a wonderful day & awaiting for more new post. Keep Blogging!
yup-yup-yup se-7 ma yang diatas.. ;)
Great Blog..!!!! Keep Blogging.... :)
Posting Komentar