Arsitektur Zaman Kemerdekaan

Bioskop megaria,yang kini bernama Megaria 21, mulai dibangun pada 11 Agustus 1949, setelah Indonesia merdeka dan rampung sekaligus mulai dioperasikan sebagai bioskop pada tahun 1951. Awalnya bioskop ini bernama Metropol, akan tetapi pada 1960-an diganti menjadi Megaria karena konon Bung Karno (Presiden Pertama Indonesia) ketika itu tak suka pada nama berbau Belanda itu.


Meskipun dibangun setelah tahun 1945, Bioskop Megaria merupakan hasil rancangan Johannes Martinus (Han) Groenewegen, arsitek Belanda kelahiran Den Haag yang tinggal di Jakarta sampai akhir hayatnya (1980). Dari segi arsitektur, bangunan Bioskop Megaria merupakan salah satu data sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia. Dari catatan yang ada, pada akhir abad ke-19 mulai terjadi perubahan di dalam dunia arsitektur. Tersedianya berbagai ragam bahan bangunan baru seperti semen, kaca, besi, dan baja, disertai dengan peningkatan teknik-teknik konstruksi telah melahirkan gerakan-gerakan baru dalam dunia arsitektur. Perkembangan industri mesin serta gejolak-gejolak politik juga bisa ditelusuri di dalam perkembangan arsitektur dunia.

Sejak tahun 1920 berkembang perancangan bangunan yang tampil sederhana dan lebih mengarah ke fungsi bangunan. Tampilan arsitektural ini kemudian dikenal nama International Style. Selanjutnya, pada suatu pameran di New York pada tahun 1932, berbagai macam aliran perancangan arsitektur dirangkum dalam satu istilah yakni "Arsitektur Modern", klasifikasi yang banyak ditujukan pada bangunan dalam periode tahun 1920 sampai 1970.

Salah satu gaya yang mempengaruhi International Style adalah gaya De Stijl dari Belanda. De Stijl sendiri berasal dari nama sebuah majalah seni yang didirikan oleh Theo van Doesburg, seorang pelukis yang terkadang juga merancang bangunan (arsitek). Aliran idealis yang mengarah pada gaya kolektif dan universal ini banyak menggunakan garis-garis lurus (vertikal maupun horisontal), dengan bentuk-bentuk dasar dan juga warna-warna dasar sebagai elemennya. Elemen dekoratif bukan bagian dari gerakan yang menekankan kebutuhan praktis, fungsional dan ekonomis dari sebuah bangunan. Warna yang digunakan bukan sebagai elemen dekoratif, melainkan sebagai media ekspresi diri.


Tampaknya Bioskop Megaria tersebut banyak berorientasi pada aliran De Stijl seperti tampak pada menara menjulang yang merupakan salah satu ciri khas De Stijl, dengan permainan garis horisontal dan vertikal sebagai bagian dari ekspresi bangunan. Bangunan model ini biasanya dirancang dalam empat tampak, yaitu tampak depan, samping kiri dan kanan, serta tampak belakang, dan tidak seperti gaya bangunan frontal yang lebih mengutamakan tampak depan.
Arsitektur Zaman Kemerdekaan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Admin

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ada gak arsitetur indonesia sbelum hindu budha

jasa arsitek mengatakan...

gedung sate termasuk juga tidak

jasa gambar rumah mengatakan...

di ijen boulevard malang banyak

Posting Komentar